Prinsip Manajemen By
Objective
1. Pengertian Manajeman
Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengatur
(Malayu S.P. Hasibuan, 2003: 1). Manajemen merupakan suatu proses untuk
mewujudkan tujuan yang diinginkan. Yang diatur dalam manajemen antara lain
adalah: manusia, uang, metode, material, mesin, pasar, dan sebagainya.
Komponen-komponen tersebut diatur agar berdaya guna, berhasil guna,
terintegrasi, dan terkoordinasi dalam mencapai tujuan yang optimal. Pengaturan
komponen-komponen tersebut melalui suatu proses yang terdiri dari:
1)
perencanaan, 2) pengorganisasian, 3) pengarahan, dan 4) pengendalian. Malayu
S.P. Hasibuan mendefinisikan manajemen sebagai ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan
efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2. Pengertian Prinsip Manajeman By Objective
Sebutan “manajemen sesuai objektif” pertama dipopulerkan oleh
Peter Drucker dalam bukunya tahun 1954 yang berjudul ‘The Practice of
Management’. MBO sulit didefinisikan, namun secara umum esensi sistem MBO,
terletak pada penetapan tujuan tujuan-tujuan umum oleh para manajer dan bawahan
yang bekerja bersama, penentuan bidang utama setiap individu yang hasilnya
dirumuskan secara jelas dalam bentuk hasil-hasil (sasaran) yang dapat diukur
dan diharapkan, dan ukuran penggunaan ukuran-ukuran tersebut sebagai satuan
pedoman pengoperasian satuan-satuan kerja serta penilaian masing penilaian sumbangan
masing-masing anggota.
Gagasan dasar MBO adalah bahwa MBO merupakan proses partisipatif,
secara aktif melibatkan manajer dan para anggota pada setiap tingkatan
organisasi. Management by objective (MBO) atau manajemen by objective atau
manajemen sesuai objektif adalah suatu proses persetujuan terhadap objektif di
dalam satu organisasi sehingga manajemen dan karyawan menyetujui objektif ini
dan memahami apa posisi mereka di dalam organisasi tersebut
Management by objective (MBO) atau juga disebut (diterjemahkan)
Manajemen Berdasarkan Sasaran, yaitu suatu cara untuk melibatkan para karyawan
di dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut pekerjaan mereka.
(Sondang P. Siahaan: 2004: 362).
Menurut Nanang Fattah (2009: 33) menjelaskan bahwa Management by
objective (MBO) merupakan teknik manajeman yang membantu memperjelas dan
menjabarkan tahapan tujuan organisasi. Lebih lanjut Nanang Fattah menjelaskan
bahwa dengan Management by objective (MBO) dilakukan proses penentuan tujuan
bersama antara atasan dan bawahan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Management
by objective (MBO) adalah suatu cara di dalam mencapai sasaran hasil maupun
dalam merencanakan program melibatkan semua pihak (stakeholders) pada lembaga
yang bersangkutan
3. Kekuatan dan Kelemaham Manajeman By Objective
Kekuatan MBO antara lain adalah: 1) MBO melakukan integrasi fungsi
perencanaan dan pengawasan ke dalam suatu sistem yang rasional dalam manajemen,
2) MBO mendorong organisasi untuk menentukan tujuan dari tingkatan atas hingga
tingkatan bawah dari manajemen, 3) MBO memfokuskan pada hasil akhir dari pada
niat yang baik maupun faktor personal. 4) MBO mendorong adanya manajemen diri
dan komitmen dari setiap orang melalui partisipasi pada setiap tingkatan
manajemen dalam penentuan tujuan.
Hasil survei terhadap manajer, Tosy & Carroll menyatakan
kekuatan Manajeman By Objective adalah 1). Memungkinkan para individu
mengetahui apa yang diharapkan dari mereka. 2). Membantu dalam perencanaan
dengan membuat para manajer menetapkan tujuan dan sasaran. 3). Memperbaiki
komunikasi antara manajer dan bawahan. 4). Membuat para individu lebih
memusatkan perhatiannya pada tujuan organisasi. 5). Membuat proses evaluasi
lebih dapat disamakan melalui pemusatan pada pencapaian tujuan tertentu. Ini
memungkinkan para bawahan mengetahui kualitas pekerjaan mereka dalam
hubungannya dengan tujuan organisasi.
Menurut Nanang Fattah (2009: 34) ada empat kekuatan dari Manajeman
By Objective yaitu:
a)
Pengelolaan cenderung lebih
baik karena keharusan membuat program.
b)
Peranan dan fungsi struktur
organisasi harus jelas.
c)
Individu mengikat diri pada
tugas-tugasnya (commited).
d) Pengawasan lebih efektif berkembang.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kekuatan
dari Manajeman By Objective adalah:
a)
MBO melakukan integrasi
fungsi perencanaan dan pengawasan ke dalam suatu sistem yang rasional dalam
manajemen.
b)
MBO mendorong organisasi
untuk menentukan tujuan dari tingkatan atas hingga tingkatan bawah dari
manajemen.
c)
MBO memfokuskan pada hasil
akhir.
d) MBO mendorong adanya manajemen diri dan komitmen dari setiap orang
melalui partisipasi pada setiap tingkatan manajemen dalam penentuan tujuan.
e)
Memperbaiki komunikasi
antara manajer dan bawahan.
f)
Membuat para individu lebih
memusatkan perhatiannya pada tugas masing-masing dan tujuan organisasi.
g)
Pengawasan lebih efektif
berkembang.
Adapun kelamahan dari Manajeman By Objective adalah pertama,
negosiasi dan pembuatan keputusan dalam pendekatan MBO membutuhkan banyak
waktu, sehingga kurang cocok bila diterapkan pada lingkungan bisnis yang sangat
dinamis. Kedua, adanya kecenderungan karyawan untuk bekerja memenuhi sasarannya
tanpa mempedulikan rekan sekerjanya, sehingga kerjasama tim berkurang. Ada juga
yang bilang MBO hanyalah sekedar formalitas belaka, pada akhirnya yang
menentukan sasaran hanyalah manajemen puncak sendiri.
Sedangkan menurut hasil survei terhadap manajer, Tosy &
Carroll menyatakan kelemahan Manajeman By Objective ada dua kategori
kelemahan-kelemahan khas untuk organisasi yang mempunyai program MBO formal:
1). Kelemahan-kelemahan yang melekat (inherent) pada proses MBO. Ini mencakup
konsumsi waktu dan usaha yang cukup besar dalam proses belajar untuk
menggunakan teknik-teknik MBO serta meningkatkan banyaknya kertas kerja. 2).
Kelemahan-kelemahan dalam pengembangan dan implementasi MBO oleh berbagai
fungsi.
Menurut Nanang Fattah (2009: 35) ada empat kelemahan Manajeman By
Objective yaitu:
a)
Tidak mudah menanamkan
pemahaman tentang konsep-konsep dan pemberian motivasi kepada bawahan untuk
mempelajari penggunaan teknik Manajeman By Objective secara tepat.
b)
Tidak mudah menentukan
tujuan dengan memberikan kesempatan kepada para anggota untuk berpartisipasi.
c)
Tidak mudah menilai prestasi
kerja, karena tidak setiap prestasi dapat diukur secara kuantitas.
d) Perubahan yang diinginkan Manajeman By Objective dalam perilaku
manajer kemungkinan akan menimbulkan maslah dalam proses MBO titik berat akan
bergeser dari menilai menjadi membantu bawahan.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kelemahan Manajeman By Objective adalah:
1.
Tidak mudah menanamkan
tentang konsep-konsep dan pemberian motivasi kepada bawahan untuk mempelajari
penggunaan teknik MBO secara tepat.
2.
Tidak mudah menentukan
tujuan dengan memberikan kesempatan kepada para anggota untuk berpartisipasi.
3.
Tidak mudah menilai prestasi
kerja, karena tidak setiap prestasi dapat diukur secara dikuantitas.
4.
Pembuatan keputusan
membutuhkan waktu yang lama.
5.
Kecenderungan karyawan
bekerja memenuhi sasaran tanpa memperdulikan rekan kerja.
6.
Kecenderungan karyawan
bekerja memenuhi sasaran tanpa memperdulikan rekan kerja.
0 komentar:
Posting Komentar